Wednesday, September 22, 2010


Terkadang, tanpa disadari rasa itu menjerat. Sepi di antara kesendirian. Sepi di antara jarak yang membentang, memisahkan raga ini. Namun, ada juga orang yang nyata-nyata berada ditengah keramain. Tapi dirinya masih merasa sepi. Siapa yang salah?Lingkungan? Atau memang dirinya?. Jangan membantah! rasa sepi tak pernah hinggap dalam kehidupan ini.

Sebenarnya banyak cara agar rasa itu tidak terlalu mengungkung keadaan. Bukankah melakukan banyak hal, setidaknya bisa menepis rasa sepi. Mungkin teori mudah, namun prakteknya?begitu orang sering menyanggahnya. Apa kita lupa Alloh SWT, tidak tidur? Bahkan kita tak tahu Alloh mungkin saja sendiri. Apa juga sepi? Wallahu alam.

Mendapati seorang teman yang merasa kesepian. Perasaan saya pun memutar haluan pada masa lalu. Saya juga pernah merasa sepi. Bahkan amat kesepian di tengah keramaian dunia. Terkadang saya menghakimi dunia tidak adil. Tapi apa gunanya? Saya mencoba menepis rasa itu.Menghabiskan waktu yang saya punya untuk hal yang bermanfaat, menambah wawasan dan ilmu. Dan sedikit banyak itu bisa membantu. Memperluas pergaulan yang sehat tidak ada salahnya. Semakin banyak teman(saudara) akan jauh lebih baik. Saya akan merasa tidak sendiri yang akan menyeret dalam kesepian. Dalam sebuah hadist yang saya baca, menerangkan.


Ketika rasa itu mulai menyapa. Saya melarikan diri dengan menulis. Meski sempat di dera malas yang tak ketulungan. Di sana saya bebas mengoreskan kata-kata apa saja. Entah puisi, cerpen atau sekedar curhat.Dengan begitu rasa kesepian tak terlalu menyiksa. Emang bisa?Bisa!

So, tak ada alasan terus larut dalam kesepian. Toh, anggap saja sepi yang melanda sebagai pembelajaran masa depan. Kok gitu? Ya. bukankah kelak di liang lahat kita akan sendirian. Pasti kesepian. Hanya berteman tanah,kain kafan dan binatang di dalamnya. Maka kesepian itu adalah bagian dari ujian iman.

Untuk seorang adik-mayaku...ayo semangat! bila kamu biarkan sepi merajai, masa depan dan kebahagian itu hanya akan mengejekmu...Sedangkan kamu mendambanya untuk hidupmu, bukan?

Di antara cara ini tuk melawan sepi

Read More......

ANYTHING IS POSSIBLE

Believe in your self, and remember that
anything is possible
Believe in what makes you feel good
Believe in what makes you happy.
Believe in the dreams your’ve always wanted to come true,
and give them every chance to.
Life holds no promises,
as to what will come your way.
You must search for your own ideals,
and work towards reaching them.
Life makes no guarantiees as to what you’ll have
Its just give you time to make choices and to take chances,
and to discover what ever secrets might come your way.
If you are willing to take the opportunities you are given
and utilize the abilities you have
you will constantly fill your life,
with special moments and unforgettable times.
no one knows the mysteries of life or its ultimate meaning,
but for those who are willing to believe in their dreams and
in themselves,
life is a precious gift in which anything is possible.
(Dena Dilacony)

Read More......

Monday, August 02, 2010

THANKS MY FRIENDS

Ini dia nih yang menurut saya sering terlupakan. Setiap berhadapan dengan masalah, terkadang satu diantara berbagai masalah yang dihadapi, kita cenderung menganggap masalah kita adalah yang paling berat. Manusia sebagai makhluk sosial, pastinya kita pernah menjadi tempat curhat teman-teman kita sendiri. Dengan meminta pendapat, menanyakan solusi, sampai berkeluh kesah ditumpahkan ke kamu. Menurut saya itu adalah hal yang luar biasa. Karena sebenarnya kita telah menjadi seseorang yang menurutnya dipercaya bila dibandingkan dengan orang lain yang di kenalnya.
Dari masalah pribadi, masalah keluarga, masalah percintaan, masalah keuangan, dsb. Semua yang dirasakan sepertinya tertuang begitu saja bagaikan air yang tumpah dari wadahnya yang sudah tidak mampu lagi menampung air yang terus tercurah. Yah.., kita hanya bisa menjadi seorang pendengar, kemudian memberikan beberapa masukan yang mungkin bermafaat baginya.

" Kenapa suami/istri/pacar saya tega melakukan hal seperti ini..?!?”,
“Saya nggak nyangka bahwa orang yang saya sayangi berkhianat..”,
“Saya adalah orang yang paling menderita..”,
“Kenapa Tuhan memberikan saya cobaan seperti ini..”,
“Kenapa ini bisa terjadi pada saya..”,
“Apa salah saya hingga begini keadaannya..”,
“Kenapa Ayah Bunda melahirkan saya ke dunia ini jika saya harus begini keadaannya..”,

dan masih buanyak banget contoh ratapan lainnya yang berhubungan dengan problema kehidupan yang pernah kita dengar. Hingga pada akhirnya, kita akan memberikan sedikit saran yang ujung-ujungnya kita cuma bisa bilang, “Sabar…, pasti ada hikmah yang tersimpan di balik semua ini”.

Inilah hidup, setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, semua tidak bisa di-prediksi. Semua berjalan sesuai dengan aturanNya. Seberapa dekat kita padaNya, maka seperti itulah kita akan merasakan hubungan/kaitan setiap permasalahan yang kita hadapi. Terkadang kita terlambat mengetahui, bahkan tidak tahu hikmah dari setiap problema yang dihadapi. Sehingga terkadang merasa frustasi, tak tentu arah bagaikan setitik kapas kecil yang terbang tertiup angin.

Salah seorang sahabat terbaik saya pernah bilang,”Sebenarnya, bukan itu yang Tuhan inginkan kawan.. tetapi Tuhan menginginkan ketegaranmu dalam melalui serta menjalani kehidupan ini. Tuhan memberikan ujian melalui problema kita masing-masing karena Dia tahu bahwa kamu mampu menghadapi dan melaluinya, kemudian Dia memberikan kamu tingkatan ke jenjang selanjutnya yang lebih tinggi dari sebelumnya.”
Sahabat saya juga bilang; “Meskipun (mungkin) saya belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kamu, tetapi jangan pernah lengah ataupun lupa padaNya. Karena Tuhan setiap saat selalu memberikan kita ujian! Kesenangan, kebahagiaan, kesedihan, ataupun kekecewaan, semuanya adalah ujian, dan keseluruhannya itu tergantung dari cara kita menganggapinya.”
”Jangan pernah pesimis, apalagi menyesali semua yang ada di hadapan kawan.. Ingat, masih banyak orang-orang di luar sana yang mempunyai masalah/problema hidup yang lebih sulit dari kita. Jadi, Jangan pernah menganggap masalah kita adalah yang paling berat.. “

thanks for my best friend out there... thanks for still beside me to support and share my story life...

Read More......

Wednesday, July 21, 2010

POSITIVE THINKING

Waktu aku memulai menulis blog ini aku bingung menentukan tema apakah blog ini bertemakan berpikir positif atau bertema bahagia. Kedua-duanya sangat bagus menurutku. Tapi setelah merenung sejenak aku memutuskan untuk memberikan tema bahagia dengan pertimbangan beberapa hal. Karena kebahagiaan merupakan impian setiap orang dan lebih mempunyai cakupan yang luas dibandingkan dengan berpikir positif. Dan salah satu kategori dalam blog ini adalah berpikir positif.

Ngomong soal berpikir positif, aku sering mendapat pertanyaan dari teman-teman baik ketika rapat di kantor ataupun sewaktu bersendagurau. Tapi justru karena tanyanya pas bergurau, aku sering berpikir bahwa itu pertanyaan yang harus di jawab, karena tidak jarang gurauan itu akan menjadi kenyataan, iya kan. Makanya kalau berguarau yang baik-baik aja biar bawah sadar memprogram yang baik-baik. Pertanyaan itu adalah bagaimana kita bisa berpikir positif pada saat kita sedang mengalami hal-hal yang negative dan bahkan sangat negative dan membebani hidup kita?

Berpikir menurutku adalah seperti sudut pandang. Kalau anda disuruh memilih setengah mati atau setengah hidup anda akan memilih yang mana? Beberapa orang akan memilih setengah hidup dan beberapa orang yang lain akan memilih setengah mati. Atau bahkan ada yang tidak memilih karena dianggap sama. Tapi apakah benar-benar sama kedua hal tersebut?


Menurutku, kedua hal itu berbeda walaupun tampak serupa. Secara matematis saja berbeda . coba anda hitung setengah hidup ditambah setengah hidup jadi berapa? Hidup kan. Tapi kalau setengah mati ditambah setengah mati jadi berapa? Mati kan? Jadi berbeda kan?. Maka dari itu orang yang berpikir positif akan memilih setengah hidup karena setengah hidup artinya harapan untuk hidup masih ada Bandingkan dengan orang yang memilih setengah mati. Orang yang memilih setengah mati berarti harapannya setengah sudah mati dan tinggal setengah lagi akan mati. Inilah bedanya.

Orang yang mempunyai sudut pandang yang positif terhadap apapun yang terjadi pada dirinya, akan mempunyai semangat yang lebih kuat untuk bangkit dari kegagalan ataupun kesedihan yang sedang dia alami. Karena dia yakin bahwa dirinya akan mencapai keadaan lebih baik. Sedangkan orang yang berpikir negative terhadap apapun yang terjadi pada dirinya, pasti akan mengalami depresi dan tekanan mental yang luar biasa dalam hidupnya karena yang dilakukannya tidak pernah berarti baik bagi dirinya. Sudut pandangnya sudah terlanjur negative terhadap segala hal. Bisa jadi hidupnya selalu dirundung kesedihan dan kemalangan walaupun sebenarnya telah banyak kebaikan dan kebahagiaan yang dia terima. Namun dia tidak mampu merasakan nikmatnya. Yang ada hanya mengeluh dan mengeluh tiada akhir. Tidak sedetikpun dia mampu merasakan syukur terhadap nikmat yang telah dia terima.

Lantas bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?
Sebaiknya kita tetap berpikir positif terhadap semua hal termasuk cita-cita kita dan jangan ragu sedikitpun bahwa itu akan tercapai. Serta selalu bersyukur terhadap hal-hal kecil yang telah membuat kita bahagia. Kesuksesan yang besar kadang dimulai dari kesuksesan yang kecil tapi berlangsung terus menerus. Tetaplah berpikir positif dan raih kesuksesan bersamanya.

Read More......

Thursday, June 17, 2010

IJEN CRATER




Minggu lalu saya melakukan ke kawah ijen, dan salah seorang kawan bilang ; “saya akan datang lagi ke kawah ijen kalau ga capek”.
Ah, masih ada ya capek dalam hidup ini. Kalau semua manusia di muka bumi ini ga perlu lagi bersabar, tentu kita semua akan teriak ‘capek’. Tapi, karena kita punya tanggung jawab, at least buat diri kita sendiri, maka capek itu udah ga laku lagi.
Kalau bicara capek, saya, dia, mereka, pun juga capek. Kalo kita pikir kita adalah orang yang paling capek di dunia ini? Lebih baik kita pastikan lagi bahwa kita udah bener-bener ‘melek’ bahwa masih ada yang lebih capek dari kita. Pelajaran ini saya dapat ketika melakukan perjalanan ke kawah ijen.
Saat menyusuri jalanan mendaki menuju kawah ijen, saya melihat bapak-bapak separuh baya dengan langkah tergopoh membawa beban sekitar 80 kg, yang akan kita sebut sebagai penambang belerang. Menuju bibir Kawah Ijen, kita harus berjalan mendaki sekitar 3.2 km. Di kilometer pertama, perjalanan tak terasa terlalu berat, pendakian tidak terlalu curam. Hanya saja terik matahari dan dinginnya hawa pegunungan membangkitkan dahaga kami.

Jalan tanah menuju kawah Ijen bisa dikategorikan kelas ringan, Jalanannya berupa tanah kering, tak ada lumpur, semak, sungai, batu-batu, yang merintangi perjalanan. Sepanjang perjalanan, disediakan 5 shelter tempat beristirahat. Semakin mendekati bibir kawah, pendakian semakin curam. Langkah pun terasa semakin berat. Tetapi, beratnya langkah dihargai dengan sajian panorama yang luar biasa indah. Serasa berada di negeri dongeng.
Tapi ga kebayang gimana cape nya para penambang belerang tersebut. Karena setelah berjalan 3.2 km menuju bibir kawah, mereka masih harus menuruni kawah sekitar 1 km dengan kontur bebatuan yang sangat berisiko. Dan itu bisa mereka lakukan 3 kali bolak-balik dalam sehari. Ahhh, membayangkannya pun saya ga sanggup.
Saat saya ke sana, pada saat yang bersamaan mendapat kabar dari para penambang bahwa belerang baru saja terbakar. Bau belerang tak tertahankan lagi saat itu. Nafas pun menjadi sangat sesak. Kami pun tidak bisa meneruskan perjalanan menuruni kawah, menyaksikan bagaimana para penambang tersebut bekerja.
Ngobrol-ngobrol dengan penambang belerang di sana,dia bilang bahwa setiap satu kilo belerang yang mereka bawa, dihargai 600 rupiah (ajjja, gituhhh). Ya Allah, benar-benar tak terbayang kan oleh ku, berat nya beban mereka. Tapi, apakah semua itu menjadi beban dalam keseharian mereka? Ternyata tidak juga, sebagian tampak sudah sangat ‘menikmati’ pekerjaan itu. Semua nya dilakukan demi membahagiakan orang-orang yang mereka cintai. Apakah ada pamrih, protes, dan berontak yang bergejolak di diri mereka?
Lalu bagaimana dengan kita? Seringkali kita protes menjadi orang yang paling cape di muka bumi ini. Merasa seolah semua dibebankan pada kita. Tapi adakah letih itu menjadi begitu penting, jika karena letih itu mereka (yang kita sayang) menjadi bahagia?

Read More......